Sabtu, 10 November 2012

Duka itu banyangan di balik Suka

Sepertinya tak jarang ketika aku mengalami hal-hal yang membahagiakan selalu di iringi satu kejadian atau beberapa kejadian yang menyesakkan di hati. Seolah-olah gak rela kalo aku 100% full seneng.
Kadang-kadang (bukan kadang-kadang lagi sih, tapi sering) aku mikir, apa ada yang salah dengan ku, karena seolah-olah tiap apa yang aku jalani itu selalu saja aku mengalami kejadian yang gak mengenakkan hati. Selain itu, mungkin karena juga tingkat kecerobohanku yang tinggi, walaupun aku berusaha mereduksinya tapi rasanya tetap stagnan aja. Bukan hanya ceroboh, aku juga termasuk salah satu anak yang super teledor dan pelupa juga.

1. Di balik lezatnya Mie Kuah Bringin
Sebenarnya kejadian ini sudah cukup lama terjadi, ya.. kurang lebih tiga tahunan yang lalu.  Saat itu aku dan bapak baru saja pulang dari silaturrahim ke rumah saudara jauh dalam rangka Idul Fitri. Kebetulan di daerah Bringin ada satu warung Mie Kuah yang menurut kami sangat ennnnnnaaaak sekali walaupun porsinya sedikit alay. Kami memutuskan untuk mampir di situ, itung-itung udah cukup lama kami gak ke situ.
Aku menikmati Mie Kuah ku yang panas sambil bercanda dengan Bapak, selain itu aku juga sekali-kali memeriksa hp ku yang baru seumuran jagung sekedar ada sms atau tidak. Waktu itu tidak ada firasat apa-apa tentang hp yang saat itu aku pegang erat-erat.
Setelah di rasa cukup dan gunungan Mie di piring sudah ludes, Bapak mengajakku pulang dengan langkah ringan aku meninggalkan tempat itu tanpa perasaan aneh atau gelisah. Yang ada dalam fikiranku saat itu adalah aku harus cepat pulang, mandi, dan istirahat tanpa memperhatikan lebih lanjut tentang nasip hapi yang aku pegang erat-erat tadi.
Setelah sampai rumah, aku langsung menjalankan ritual rutinku (mandi, dikat gigi, cuci muka, wudlu, solat Ashar dan tak lupa nyapu rumah). Setelah beberapa jam kemudian (seingatku habis Magrib), Kakak perempuanku menanyakan perihal keberadaan hp ku yang baru seumur jagung itu. Aku baru ingat dan panik mencari-cari dimana hp malang itu, bahkan sampai di sudut-sudut rumah tidak ada, nomor ku sudah tidak aktif lagi ketika di hubungi waktu itu. Dan sejak detik itu juga aku memberanikan diri untuk berspekulasi kalau hp ku mungkin saja jatuh di jalan atau tertinggal di warung Mie sore tadi lantas di ambil oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Kehilangan hp, itulah pengalaman pertamaku (ya, karena itu memang hp pertama). Yang ada dipikiranku saat itu adalah bagaimana menghadapi kemarahan Bapak yang pasti menakutkan. Dan tak perlu di bayangkan, karena begitu mengetahui hp ku tiada, bapak langsung memarahiku tanpa ada waktu tempo (ya, karena saat itu ada teman lamaku yang sedang bersilaturrohim). Oh, betapa malunya di marahi Bapak di depan teman lama yang sudah lama tidak bertemu. Tapi mungkin itulah salah satu konsekwensi yang harus aku terima karena keteledoran dan kecerobohanku.

2. Pengangkatan dan Kolam Fisika
Menjadi seorang warga himpunan adalah salah satu idaman terbesar bagi kami para MaBa (Mahasiswa Baru) di kampus tercinta kami sekitar dua tahu yang lalu. Sebagai sekelompok anak yang masih ingusan dan cukup culun kami selalu di ajari bagaimana caranya menjadi orang yang kritis dalam kondisi apapun termasuk dalam "pressure" yang cukup berat. Bahkan hampir satu tahun kami satu angkatan menjalani itu semua, mulai di suruh inilah, itulah, beginila, begitulah, harus seperti inilah, harus seperti itulah, sampai capek rasanya, seolah-olah hidup itu tak tenang makan tak enak dan tidur tak nyenyak.
Akhirnya pada suatu malam di bulan Juni (kalo gak salah), momen yang kami nanti-nantikan datang juga. Setelah melewati "pressure" yang lebih "pressure" lagi kami di angkat tepat dini hari di samping kolam di jurusan kami yang terkenal sedikit kotor walaupun bentuk kolamnya bagus. Rasanya malam itu merupakan malam terindah sejak kami menginjakkan kaki di kampus perjuangan itu. Bahagia sekali rasanya dan kami menyambut hal itu dengan suka cita, karena dengan berakhirnya proses itu, artinya kami bisa melakukan semua aktivitas dengan bebas dan tenang di jurusan.
Setelah selesai semua prosesi, para kaum adam merelakan diri untuk menceburkan diri bareng-bareng di kolam bersejarah itu. Sedangkan kami para kaum hawa yang manis-manis hanya bergidik di samping kolam sambil senyum-senyum melihat tingkah teman-teman kami yang kayak anak kecil. Tiba-tiba tak di nyana dan tak di duga salah satu temen cewek ku (sebut saja bunga) tiba-tiba di tarik ke kolam oleh temenku yang lain (sebut saja Melas). Maksud hati aku ingin menolong si Bunga yang mungkin saja gak bisa berenang kayak aku, eh... malah aku yang di tarik ke kolam sama si bunga. Rasanya bener-bener kaget setengah hidup, untung aja aku lansung di tarik kalo enggak pasti aku udah kekenyangan nie minum air kolam yang rasanya gak enak. Tapi saat itu walaupun aku pulang ke asrama dini hari dengan pakaian basah kuyub, aku tetep senang.

3. Menjamah Ranu Kumbolo
Salah satu keinginan terbesarku sejak kecil adalah merasakan sensasi mendaki gunung.Tapi kesempatan itu sepertinya tidak pernah datang, karena orang tua memang melarang keras saya untuk ndaki, entah kenapa alasannya, apakah takut kalo saya ilang di gunung atau takut saya ntar tambah kurus? wtf....
Tapi pada suatu hari, salah satu temen deketku ngajak ikut acara sosial di Ranu Pane, kalo gak salah nama acaranya "Ranu Pane Bersih". Karena menurutku acaranya cuma bersih-besih doang di kaki gunung Mahameru, jadi why not...  Waktu itu, aku pikir gak perlu izin ortu, karena menurutku acaranya cuma bersih-bersih doang. Jadi serentetan rencana telah tersusun rapi.
Untuk menuju Malang, kami berencana naik kereta api ekonomi yang memang ekonomis tentunya kami memilih keberangkatan pagi. Sehingga entah gimana caranya kami harus sampai Stasiun Gubeng pukul 4 pagi. Akhirnya dengan menunggangi taksi kami bertolak menuju Gubeng yang sebenarnya jarak dari kontrakan kami tidak terlalu jauh. Setelah sampai di terminal betapa kagetnya aku, waktu itu stasiun masih tutup tetapi para calon penumpang sudah bejibun di luar stasiun. Saat itu pula aku sadar, sebentar lagi akan ada perang dunia memperebutkan kursi ekonomi yang sangat ekonomis untuk dompet kami para rakyat jelata. Setelah satu jam menunggu akhirnya Stasiun di buka juga, seberapa kuat kami berusaha tetap saja kami mendapat barisan antrian di belakang dan antrian ini mengingatkanku pada ular piton yang sangat panjang dan meliuk-liuk.
Setelah beberapa saat akhirnya tibalah giliran kami untuk membeli tiket, tapi betapa kecewanya kami, karena tiket ekonomi ke malang sudah ludes dan hanya menyisakan untuk keberangkatan sore, kecewa sekali rasanya. Akhirnya kami memutuskan  pergi ke mushola dulu untuk solat subuh barangkali aja ada hidayah nyangkut. Ujung-ujungnya bis adalah solusi tepat yang membawa kami ke Malang.
Singkat cerita, kami berangkat menuju Ranu Pane setelah dluhur, dan sore hari kami sudah sampai di TKP. Perjalanan dari Tumpang menuju Ranu Pane adalah momen yang tepat untuk memanjakan mata, karena pemandangan yang amat sangat begitu indah sekali. Walaupun di tengah perjalanan kami sempat menghadapi sedikit masalah. Waktu itu ban belakang dari truk yang kami tumpangi tiba-tiba ngambek, sehingga mau tak mau perjalanan kami sempat terganggu. Ditengah gerimis kami menunggu truk yang sedang di ganti salah satu ban nya dengan menikmati alam sekitar tentu saja tak ketinggalan dengan mendokumentasi diri sendiri (maklum sedikit narsis).
Kami tiba di RAnu Pane saat magrib. Cuaca di sana benar-benar berbeda 180 derajat dengan Surabaya. Hidup di sana bagaikan hidup di dalam kulkas, dingin sangat. Setelah ISHOMA, aku dan fiah memutuskan unttuk jalan-jalan ke sekitar api unggun. Dan tak di suga tak di nyana, kami bertemu dengan senior kami (sebut saja Mas Faris) di depag yang tentunya kami sudah saling mengenal dengan baik. Kawan, bukankah sangat menyenangkan bertemu dengan saudara di tempat asing yang penuh dengan orang asing. Saat itu juga Mas Faris mengajak kami untuk naik ke Ranu kumbolo pada malam itu juga dan langsung turun setelah sampai sana, sehingga esok hari kita tetap dapat mengikuti acara inti yang kami ikut, "Ranu Pane Bersih".
Akhirnya, tanpa pikir panjang kami memutuskan untuk ikut-ikut saja, karena kami kira perjalanannya tidak begitu jauh dan tidak membutuhkan waktu yang begitu lama. Akhirnya kami pamitan secara diam-diam dengan rombongan kami dan berkata kalo besok kami sudah kembali. Kau tahu? kami naik itu secara ilegal karena pada saat itu jalur pendakian Semeru memang sedang di tutup.
Tepat setelah Isya' kami berangkat mendaki menuju Ranu Kumbolo, dalam perjalanan ini kami mendapat banyak kenalan baru walaupun kami semua berasal dari almamater yang sama. Perjalan ini ternyata jauuuh lebih sengsara dari yang aku bayangkan. Karena jalur pendakian sudah lama di tutup akibat meletusnya gunung Semeru, maka banyak sekali semak-semak liar yang menutupi jalan dan banyak juga pohon tumbang yang menutupi jalan ditambah perjalanan kami pada malam hari, maka perjalan yang normalnya dapat di tempuh selama 4 - 5 jam, malam itu kami membutuhkan waktu 7  jam untuk sampai di Ranu Kumbolo. Benar-benar perjalanan yang jauh lebih sengsara dari ekspektasi.
Kami sampai di Ranu Kumbolo pukul 3 dini hari, kami di sambut dengan pemandangan yang benar-benar indah dan sangat menakjubkan. Tetapi bagiku dan Fiah, kami tak bisa sepenuhnya menikmati keindahan ini, ada satu hal yang mengganggu pikiran kami berdua, yah tidak lain adalah rombongan kami di Ranu Pane. Karena saat berangkat kami hanya berpamitan kalau kami pergi hanya satu malam dan paginya sudah kembali. Tapi Kenyataan berkata lain, kami tiba di Ranu kumbolo pukul 3 dini hari dengan kondisi yang begitu lelah, otomatis paling lambat kami turun mungkin keesokan pagi atau siangnya. Kalo sudah begini apa yang bisa kami perbuat.
Merasa bersalah, tentu aku dan fiah amat sangat merasa bersalah dan pastinya tim kami di Ranu pane tentu amat sangat mengkhawatirkan kami. Tentu kami sangat ingin sekedar mengabarkan keadaan kami, tetapi dengan cara apa? hp sepintar apapun tidak akan berguna karena kita sedang berada di wilayah yang jauh dari peradapan manusia (karena yang berada di ranu kumbolo saat itu hanyalah rombongan kami, tidak orang lain lagi) dan mustahil kami temukan sinyal IM3, Telkomsel, XL, dan sekutunya.
Akhirnya kami baru bisa melakukan perjalanan kembali ke Ranu Pane sekitar pukul 11 siang. Dengan semangat membara dan kecepatan ekstra aku dan fiah begitu semangat berjalan di depan, harapan kita hanya dua. Kami cepat sampai di Ranu Pane dan semoga rombongan kami belum pulang, karena menurut prediksi kami baru sampai di Ranu Pane sekitar sore hari. Dan hal yang kami takutkan pun terjadi, ketika aku dan fiah samapai di ranu pane ternyata semua peserta sudah pulang dan tinggal para petugas yang sedang membereskan tenda-tenda. Saat itulah kami berdua amat sangat merasa bersalah, ada sedikit rasa sesal. Seandainya kami sedikit berfikir ketika di ajak mendaki ke Ranu kumbolo, seandainya kami tidak ikut ke Ranu Kumbolo, dan masih banyak "andai-andai" yang lain. Tetapi aku sadar, bahwa itu tak ada gunanya lagi dan satu-satunya yang kami hadapi adalah menerima konsekwensi akibat perbuatan kami.
Aku selalu percaya bahwa di setiap tempat yang kita diami selalu terdapat orang baik. Akhirnya kami bertemu dengan bapak supir truk yang mengangkut tenda2  menuju Tumpang. Bapak itu bersedia memberi kami tumpangan menuju Tumpang.

4.  Menikmati indahnya Pantai Balekambang
Ok, menurutku salah satu Pantai terkeren yang pernah ku kunjungi adalah Pantai Balekambang yang masih termasuk ikut kabupaten Malang. Aku kesana tahun 2011 lalu dengan teman-teman D'09 dalam rangka mengisi libur semester. Kami kesana dengan mencarter Bis keci "eksekutif" full AC (Angin Cendelo).
Karena kami berangkat dari Surabaya sekitar pukul 1 dini hari, maka kami sampai di Balekambang sekitar pukul 4 pagi, yang jelas suasana di sana masih sangat gelap waktu kami tiba.
Setelah melaksanakan sholat subuh berjamaah kami bersiap beraksi, bak anak kecil kesetanan yang kebelet main. Selama di sanapun kamera tak pernah berhenti bekerja, cekrek sana cekrek sini dengan laut sebagai latarnya sampai mati gaya deh pokoknya.
Di Balekambang terdapat semacam kuil yang terletak agak di tengah laut, sehingga untuk menuju kesana kami harus melewati jembatan kecil. Di sana tentu saja aktivitas yang kami lakukan adalah pemotretan (lagi). Dan setelah puas, kami kembali lagi ke pinggir pantai lagi.
Biasanya aku merupakan tipe-tipe orang yang paling tidak suka main sampe masuk pantai, aku cukup puas bermain pasir di pinggir pantai saja karena memang aku tidak mau ribet karena harus berbasah-basah ria. Namun lain dengan pagi itu, rupanya keindahan dasar pantai Balekambang berhasil menghipnotisku untuk rela membasahi paling tidak separuh badanku. Bagaikan anak usia 10 tahun kami bermain air tentu saja proses pemotretan terus berjalan. Waktu itu aku sangat menikmati sekali sampai-sampai aku lupa bahwa hp ku satu-satunya masih bersarang di saku celana yang trntu saja sudah basah kuyup.
Awalnya aku tidak khawatir karena tanpa sengaja telah mengajak hp saktiku mandi di laut. Tapi pada akhirnya aku harus khawatir juga, karena hp saktiku tiba-tiba mati tanpa meninggalkan wasiat dan tidak dapat dihidupkan lagi. Akhirnya, keesokan lagi hp sakti itu langsung aku bawa ke klinik pengobatan, dan ternyata dia harus menjalani rawat inap selama beberapa hari. Dan setelah sembuh dari mati surinya, dia bisa menjadi seperti yang dulu lagi. : (

Kamis, 20 September 2012

IBU



"Terimakasih Ibu karena selalu sabar menghadapi anakmu yang sering menyulikan ini"

Kaulah Ibu inspirasiku, kaulah Ibu pahlawanku, Kaulah Ibu kekuatanku, Kaulah Ibu kekuatanku, Kaulah Ibu sahabatku, Kaulah Ibu senyumku, dan Kaulah Ibu ibuku....

Entah kenapa malam ini aku sangat, sangat merindukanmu Bu. Sudah hampir satu bulan ini aku tak melihat wajahmu tak mendengar suara lembutmu dan tak mencium punggung tanganmu.
Ibu, walaupun aku anak yang bandel, suka ngambek dan menyusahkan tetapi sungguh, sungguh aku sangat menyayangimu.
Kerutan di wajah mu membuatku sedih. Aku tak percaya ternyata waktu berjalan begitu cepat, terlalu cepat malah.... Aku takut aku tak sempat membuatmu bangga, aku ingin membahagianmu Ibu
Ibu, terimakasih sekali telah selalu sabar menghadapi aku yang menyusahkan ini.
Aku menulis ini dengan air mata rindu Bu... Ibu, biarkanlah aku membahagiakanmu..

Rabu, 05 September 2012

SAYA, YANG BINGUNG

Tidak terasa saat ini, detik ini saya adalah mahasiswa tahun keempat sebuah PTN di Surabaya, berarti sudah kurang lebih tiga tahun saya menginjakkan kaki di sini. Ibarat hidup, tahun keempat adalah masa tua dimana kita harus mempersiapkan bekal untuk di bawa ketika kita mati kelak. Banyak hal yang seharusnya sudah saya dapatkan selama saya mengais ilmu di kampus perjuangan ini, tetapi nampaknya saya belum bisa apa-apa saya masih merasa bodoh.
Penyesalan akan selamanya terletak di akhir, seperti saya sekarang ini. Saya menyesal karena selama kurang lebih tiga tahun ini saya terlalu menyia-nyiakan waktu, banyak waktu yang seharusnya saya gunakan untuk belajar tetapi hanya saya habiskan untuk bermain. Seakan akan waktu masih panjang sekali, saya lupa bahwa waktu akan selalu berjalan terus tanpa henti hingga tiba saat saya bertengger di tingkat akhir.
Kadang saya berkhayal, andaikan mesin waktu itu ada maka saya akan kembali untuk memperbaiki kebodohan-kebodohanku di masa lalu sehingga tidak ada penyesalan di akhir. Akan saya perbaiki sifat saya yang suka menyepelekan masalah dan menunda-nunda waktu. Karena kedua kebiasaan buruk saya itu, saya telah menerima akibatnya yaitu  tiga buah nilai C yang bertengger di Transkrip IPK saya. Sungguh itu adalah hal yang memalukan.
Dan, yang bisa saya lakukan sekarang hanyalah berusaha lebih baik lagi supaya nanti saya dapat bermanfaat bagi orang lain. Karena ini juga amanah, saya berharap tidak akan mengecewakan pihak-pihak yang telah mempercayakan amanah ini kepada saya.

Jumat, 15 Juni 2012

My Lovely Friend

Ada seseorang yang ingin aku ceritakan di sini. Dia adalah salah satu orang yang spesial yang pernah masuk dalam kehidupanku sejak beberapa tahun terkhir ini. Aku mengenalnya sejak tahun 2006, awalnya aku tak kan mengira aku bisa dekat dengannya. Tetapi seiring berjalannya waktu kami berdua seperti pasangan simbiosis mutualisme, saling membutuhkan satu sama lain. Baiklah, aku akan mulai menceritakannya sejak awal. 
Pada tahun 2006 silam aku di kirim oleh bapak ke Jombang untuk melanjutkan sekolahku di MAN Tambakberas sambil mondok di sana. Dengan sangat terpaksa aku menuruti apa saja yang di perintah Bapakku. Kebetulan karena nilai ujianku MTs lumayan bagus maka aku di daftarkan di kelas unggulan dan Alhamdulillah aku lulus seleksi di kelas itu. Rasanya senang sekali aku bisa bisa di terima di kels yang menurutku luar biasa ini, bagaimana tidak? mulai dari fasilitas, tenaga pengajar sampai lama jam pelajaran di kelasku ini berbeda dengan kelas legurer. Tetapi terlepas dari itu, ada segumpal perasaan minder dan entah apa namanya, di minggu-minggu awal aku merasa sendiri, aku belum punya teman, memang sih... aku sudah mulai mengenal sebagian besar teman-teman sekelas tetapi rasanya tetap saja aku masih merasa sangat asing sekali bahkan diam-diam aku masih sering menangis sendiri tentu saja ketika tidak ada orang yang memperhatikanku. :)
Pada saat itulah aku mulai mengenal teman spesialku ini, sebut saja dia Si Eneng. Kesan pertamaku ketika pertama mengenalnya, dia adalah anak periang, cerewet dan gampang akrab dengan orang lain sangat berkebalikan sekali denganku yang membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat akrab dengan orang-orang sekitar. Beberapa bulan pertama aku di Pondok, aku masih belum terlalu akrab dengan Eneng dan aku jarang sekali berangkat dan pulang bareng walaupun kami satu pondok. Aku masih sering menyendiri di sekolah dan masih sering diam-diam menangis kalau sedang jam istirahat.
Ketika aku menginjak kelas XI, aku semakin akrab saja dengan dia. Saat jam istirahat kami selalu menghabiskan waktu bersama, entah dengan beli jajan bareng, makan bareng, atau main komputer bareng dan kami selalu pulang sekolah bareng. Kami sering belajar bareng di malam hari, tentu saja kalau jam kegiatan Pondok sudah uasai. Eneng sering mendatangi kamarku, kemudian kami belajar bersama di Mushola (kamarku sangat dekat dengan mushola) sampai larut sekali, kadang-kadang aku sampai ketiduran dan dengan teganya dia meninggalkanku sendiri.
Bahkan tak jarang kami melakukan kriminal-kriminal kecil yang menjadi larangan Pondok kami seperti diam-diam membawa makanan dari luar ke pondok dan memakannya di kamar Eneng, sering juga kami diam-diam pergi ke warnet, pernah juga kami melanggar batas diperbolehkannya keluar pondok tanpa izin Pengasuh.
Semakin lama aku dengan Eneng seperti duo sejoli, teman-teman satu kamarku menyebut kami berdua adalah soulmate, begitu juga dengan teman-teman satu kamar Eneng. Dan tentunya teman-taman kami satu kelas menganggap kami satu paket, dimana ada aku di situ ada Eneng, begitu juga sebalikknya. Bersama Eneng aku bisa sepuas-puasnya bercerita tentang masalahku, aku bisa curhat sepuas-puasnya begitu juga dengan dengan Eneng. Jika kami sudah bersama, ada saja yang kami bicarakan, kami tidak pernah kehabisan bahan obrolan dan itu sangat menyenangkan bagiku. Biasanya, Eneng senang curhat tentang laki-laki yang di sukainya yang kini telah menikah dengan wanita lain, biasanya dia bercerita tentang keluarganya, bahkan kami juga sering bercerita tentang ustadz-ustadz kami. Hm..... It's very interesting!
Jika di lihat, kami berdua bukanlah manusia kembar yang memiliki banyak kesamaan minim perbedaan. Justru kami berdua memiliki segudang perbedaan. OK, mulai dari fisik: Dia lebih cantik dari aku dan dia lebih gemuk. Dia pandai bergaul dan cepat akrab dengan orang lain, sedangkan aku cendrung menutup diri dan tidak mudah akrab dengan orang lain. Dia lebih aktif di organisasi pondok dan seantero pondokku pasti tahu siapa dia, sedangkan aku cendrung Study Oriented (SO), aku bahkan tidak pernah satu kalipun menjadi panitia di acara-acara yang di adakan pondok dan tentunya hanya segelintir orang saja yang kenal denganku.
Tak terasa, tiga tahun berlalu begitu cepat. Tahun 2009 kami terpaksa berpisah karena kami akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Aku di terima di salah satu Universitas Negri di Surabaya, sedangkan Eneng di terima di salah satu Universitas Negri di Malang. Sejak itu kami amat sangat jarang sekali bertemu, kami hanya bertemu di even-even tertentu saja. Terkadang aku sangat merindukannya, aku juga sering merindukan saat-saat kita bersama dulu.
Sungguh, salah satu hal terindah dalam hidupku adalah di saat aku mengenalku. Kau adalah sahabat, adik sekaligus kakak bagiku. Banyak sekali hal yang dapat ku peroleh darimu, banyak sekali hal aku pelajari bersamamu. Eneng, terimakasih banyak karena telah bersedia menjadi sahabat baikku....

Sabtu, 09 Juni 2012

MUSUH BESAR

pic from http://www.motivasi-islami.com
Memang benar kata orang kalau musuh terbesar manusia berasal dari dalam diri manusia itu sendiri, salah satunya adalah rasa malas. Ok, aku sangat setuju dengan hal itu karena saat ini aku sedang mengalaminya. Menurutku, makhluk tak berwujud yang mengatasnamakan dirinya "malas" ini sangat berbahaya bagi keberlangsungan keseimbangan hidup ini, walaupun ia menyerang kita tanpa menggunakan pistol, pisau ataupun pedang. Tetapi dia langsung membidik tepat sasaran ke dalam bagian kecil tubuh manusia yang biasanya disebut hati atau perasaan.
Aku berani berkata seperti ini karena aku teramat sering telah mengalaminya. Seperti saat-saat seperti ini, di minggu-minggu ujian + tumpukan laporan praktikum yang belum tersentuh sama sekali, masih sempat-sempatnya aku mengalihkan perhatian dan membuang-buang waktuku yang berharga ini hanya untuk..... melakukan berbagai aktivitas yang sebenarnyta tidak terlalu penting, bahkan bisa dikatakan tidak penting sama sekali.Di saat gentingnya tugas 10 modul pengolahan citra-ku masih sempet-sempetnya aku mencuri-curi waktuku untuk menonton film yang sudah berapa kali aku tonton, ataupun browsing vidoe-video, dan menemani social network-ku yang bernama Facebook dan twetter, pokoknya adaaaa saja yang aku lakukan untuk mengisi waktuku yang sangat berharga dengan hal-hal yang seharusnya tidak aku lakukan.
Absolutly, aku sadar dengan apa yang aku lakukan, aku sagar bahwa sebenarnya apa yang aku lakukan ini sebenarnya tidak tepat, sangat sangat sadar, dan benar-benar sadar. Tapi, entah setan apa yang telah berhasil menyetir akal sehatku untuk menuntunku ke arah kesesatan seperti ini. Memang, rasa malas ini benar-benar sangat menyiksaku. Salah satu penyanyi dangdut sempat bersenandung kalau "dari pada sakit hati lebih baik sakit gigi", tapi bagiku lebih baik sakit gigi + sakit hati dari pada sakit malas, beneran! suer!!!!!! 
Tak peduli seberapa besar motivasi yang aku punya di awal, ketika aku sudah menyalakan lapto tersayangku dan membuka: 1). Microsoft World; 2). MATLAB; 3). Buka materi dari pdf; 4). conect internet pake modem; 5). dan membuka mozila. Yang tak habis fikir, ketika aku buka mozila, kenapa tabe pertama yang di buka selalu www.facebook.com, dan ketika apabila aku sudah terdampar di situs www.youtube.com maka berjam-jam waktuku dapat habis sia-sia hanya untuk melihat artis idolaku. Oh, sungguh menyebalkan sekali!!!
Aku pernah menulis sebuah status di facebook yang berbunyi: "Andai saja obat malas dapat di beli di apotik, bahkan sampai di Antartika akan ku kejar". Memang benar sekali rasa malas ini amat sangat berbahaya demi kemajuan bangsa Indonesia ini. Bayangkan saja, bagaimana jadinya kalau 75% warga indonesia ini malas belajar dan bekerja, gak kebayang deh gimana jadinya negara ini. Maka dari itu, kita raptkan barisan untuk menaklukkan rasa malas ini.
NB: Tulisan ini di buat sebagai pelampiasan dari uneg-uneg dan penulisannya sudah mematuhi atura EYD (Ejaan Yang Disesuaikan dengan mood saya)

Kamis, 26 April 2012

The Amazing Experience (Part II)

"RANU PANE BONUS RANU KUMBOLO"

Jumat, 06 April 2012 (Senja Hari)
Ketika menginjakkan kaki pertama kali di tanah Ranu Pane, kami langsung di sambut dengat dinginnya udara yang amat sangat dingin. Itulah udara terdingin yang pernah aku rasakan, hingga memaksa tubuhku menggigil hebat dan deretan gigiku bergemletuk. Tetapi terlepas dari itu, hatiku sangat senang dan entahlah aku tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata.
Rombongan kami langsung menuju mushola kecil yang terletak di depan Lapangan untuk melaksanakan sholat maghrib. Setelah itu kami meletakkan semua barang kami di tenda yang telah disediakan oleh panitia. Sembari menunggu makan malam, aku dan temanku jalan-jalan ke pinggir api unggun di tengah lapangan. Ya, api unggun setidaknya dapat seddikit memberi kehangatan dan menghilangkan gemletuk gigiku.
Ketika kami berdua sedang asyik berbincang-bincang, kami melihat seorang laki-laki yang sepertinya tidak asing dan sepertinya kami berdua sudah mengenalnya. Tidak salah lagi, kami memang mengenalnya, laki-laki itu memang senior kami namanya Mas Abas (bukan nama sebenarnya). Kami langsung menyapanya dan tak lupa berbasa-basi, kami tak menyangka bisa bertemu di acara ini.
Saat itu juga, mas Abas menawari kami sesuatu yang menggiurkan, dia mengajak kami berdua untuk naik ke Ranu Kumbolo malam itu juga dan langsung turun lagi dini harinya, sehingga kami tetap dapat mengikuti acara "Ranu Pane Bersih" keesokannya. Tanpa berpikir dua kali, tanpa mempertimbangkan segala resiko yang mungkin terjadi dan akibat yang timbul kami berdua langsung setuju dang mengiyakan. Aku pernah membaca di sebuah novel, katanya Ranu Kumbolo itu adalah danau yang sangat indah dan terletak di lembah yang terletak di ketinggian lebih dari 2700 dpl. Dn ketika tiba-tiba ada yang mengajak kesana, aku tak kan menyia-nyiakan kesempatan ini.
Sekitar pukul 8 malam kami berkumpul dan bersiap-siap untuk berangkat. Kami terdiri
(to be continued, tiba-tiba blank, there is no inspiration)

Selasa, 24 April 2012

The Amazing Experience (Part I)

"PERJALANAN PANJANG MENUJU RANU PANE"

Perjalanan panjang yang menakjubkan ini terjadi begitu saja tanpa terncana sebelumnya. Ya, ini adalah sebuah cerita tentang pengalamanku dan temanku di lereng dan punggung Mahameru. 

Jumat 06 April 2012
Pukul 3 dini hari aku dan temanku (sebut saja Mawar) sudah bersiap-siap dan siap berangkat menuju Stasiun Gubeng. Pada hari ini kami akan mengikuti acara yang bertajuk Ranu Pane Bersih yang diadakan oleh sebuah LSM yang bertempat di danau Ranu Pane di lereng Gunung Bromo Lumajang. Aku tergiur mengikuti acara ini karena ajakan Mawar yang di ajak oleh temannya di Malang. Tanpa berfikir dua kali aku langsung mengiyakan ajakan temanku ini. 
Dengan menumpang taxi kami bertolak dari kontrakan kami tercinta menuju Gubeng Station demi berharap mendapatkan dua kepig tiket ekonomi tujuan Malang. Ketika kami sampai di Stasiun, ssungguh terperangah aku, bagaimana tidak? Di luar pintu masuk stasiun Ratusan orang sudah memadati stasiun yang saat itu stasiun masih tutup. Setelah sekitar satu jam kami berdiri bersama ratusan "pesaing kami", akhirnya pintu masuk stasiun di buka. Dan langsung saat itu antrian di loket kereta ekonomi mengular bak ular piton yang panjang. Dalam sekejap tiket kereta kebernagkatan pukul 5 pagi dan 8 pagi sudah ludes. Oh, betapa sial pagi itu, kami tak berhasil mendapatkan tiket itu. Akhirnya aku dan temanku memutuskan menuju mushola yang berada di sebelah stasiun untuk melaksanakan Sholat Shubuh. 
Setelah itu, kami hanya duduk diam di teras mushola sambil meratap, pikirku dalam hati "sudah susah payah bangun jam setengah 3, di bela-belain naik taxi segala... eh, tetep gak dapet tiket). Akhirnya kami memutuskan pindah haluan menggunakan bis untuk menuju Malang, walaupun biaya dua kali lipat lebih mahal, tak apalah yang penting cepat sampai Malang. Untunglah ada dua temanku lagi yang berbaik hati mengantar kami ke Terminal. Beberapa jam kemudian kami sudah sampai di kontrakan temennya Mawar, yah... dia lah yang berbaik hati mengajak kami dalam kegiatan ini.
Setelah Sholat Jumat, kami berangkat menggunakan mobil pick up menuju Tumpang. Selama perjalanan, mataku dimanjakan oleh pemandangan kota Malang yang sudah bermetamorfosa seperti kota-kota besar ditemani lembutnya gerimis yang semakin membuat syahdu suasana. 
Sekitar pukul 3 sore, kami sampai di Tumpang, untuk selanjutnya kami menumpang Truk yang memang telah disediakan oleh panitia. Medan yang kami tempuh sudah bukan medang biasa lagi, Jalan menanjak dan sempit serta berliku. Membuatku harus banyak-banyak membaca sholawat selama perjalanan. Ditambah lagi dengan terpaan hujan yang deras membuat kami harus berjuang lebih keras untuk melindungi diri dari terpaan dinginnya air hujan.  Tetapi pemandangan yang tersuguhkan selama perjalanan tak juga membuatku bosan (subhanalloh banget deh pokoknya!). 
Semakin ke atas, akhirnya hujan reda dengan sendirinya. Namun, muncullah masalah baru! truck yang kami tumpangi juga mengangkut puluhan kardus air mineral. Dan karena medan yang semakin menanjak maka kardus-kardus tadi banyak yang ambruk dan menimpa kami (ya, semua kardus tadi mematuhi hukum Newton II,). Kardus-kardus tadi sangat patuh pada gaya Grafitasi yang mereka miliki, semakin ke atas medan yang kami lewati, maka semakin kuat kardus-kardus itu menekan kami semua, dan semakin tersiksalah kami. Dan tiba-tiba, di tengah perjalanan truck yang kami tumpangi berhenti. Ternyata ban belakang truk bocor. Oke, kami semua harus turun! tapi bagaimana caranya? jika pintu belakang truk di buka, maka akan berjatuhan botol-botol air mineral tadi yang telah terkoyak dari kardusnya karena air hujan. Akhirnya seperti bajing loncat, kami semua loncat dari bagian belakang truk. 
Setelah sekitar satu jam menunggu, akhirnya truk selesai diperbaiki. kami semua naik kembali ke truk, tapi posisi kami sudah tidak serapi waktu kami berangkat tadi. Para botol air mineral itu tadi praktis menutupi seluruh permukaan truk. Tak ada pilihan lain, terpaksa kami menduduki kardus-kardus air mineral yang merepotkan itu. 
Tetapi, ketidaknyamanan itu terbayar lunas oleh pemandangan yang semakin menakjubkan, bahkan semakin dingin dan menggigilnya udara tak terasa. Kami disuguhi oleh hamparan bukit yang dipenuhi padang rumput (orang-orang sih menyebutnya bukit Teletubies), sungguh bukit terindah yang pernah ku lihat, selain itu puncak Bromo yang elegan tampak jelas dan mempesona, serta puncak Mahameru yang funtastic juga ambil bagian, di tambah lagi berhektar-hektar sawah sengkedan milik para petani yang sangat indah tak membuat bosan mataku melihatnya. Akhirnya, saat Magrib tiba kami baru sampai di lokasi. Dinginnya Ranu pane menyambut kami.....

Sungguh perjalan yang sangat berliku, aku takkan melupakan rintangan yang kami hadapi mulai dari saat masih di Surabaya hingga sampai di lokasi. Ini adalah hari yang melelahkan sekaligus menakjubkan yang pernah ku alami. Tapi, ini barulah awal petualanganku, ini barulah permulaan.......

to be continued...