Kamis, 05 Januari 2012

Mahalnya Kata"KOMITMEN"

Sesusah-susahnya orang membuat/membangun sesuatu, yang paling susah adalah mempertahankannya. Istilah itu sudah sangat biasa sekali di telinga kita. Bahkan tak perlu penelitian atau riset untuk memb uktikannya. Tak usah repot-repot, sudah melimpah ruah contoh yang terhampar disekeliling kita.
(Mungkin, saya akan sedikit bercerita tentang apa yang sedang terjadi apa yang sedang saya rasakan agar mood saya bisa kembali manis) Saya adalah salah satu crew majalah dari organisasi yang saya ikuti, bukan organisasi yang besar sih... tetapi saya sangat nyaman sekali berkecimpung didalamnya. Saaat ini, tepatnya pada hari-hari ini adalah deadline finishing dari majalah tersebut. Tetapi apa yang sedang terjadi saat ini????? Hanya segelintir orang saja yang turun tangan. Jika di prosentase, hanya sekitar 30% saja dari total crew yang bekerja (ironis sekali bukan.......). Bahkan Sang Pimred-pun malah terkesan asyik dengan dunianya sendiri, benar-benar tak ada inisiatif dan greget sama sekali. Aku benar-benar gusar, tapi mau gusar sama siapa aku juga tidak tahu :(
Semua ini terjadi karena krisisnya kata komitmen. Rendah tingginya komitmen akan mempengaruhi kwalitas proses yang sedang dijalani. Andaikan saja komitmen dapat dibeli di pasar, tapi kenyataannya komitmen sangat mahal dan tak tersedia di penjual manapun. Aku sampai tak habis pikir, kok bisa-bisanya mereka mengatakan "bersedia" di awal tetapi ngglembosi di pertengahan. Apakah mereka sudah lupa apa yang mereka katakan di awal?? Apakah mereka tidak takut kepada Alloh? Lantas apa yang harus saya lakukan sekarang? Katanya ingin menjadi lebih baik lagi dari yang sebelumnya... tapi kalo gini caranya ya mana bisa?... Rasanya malu sekali sama para"sesepuh" yang mendirikan majalah ini. Pasti mereka sedih, ternyata penerus-penerusnya berjiwa tempe.
Sudah menjadi kewajiban untuk saling mengingatkan antar sesama. Tapi lain ceritanya jika yang diingatkan itu sudah tak punya telinga lagi untuk mendengar. Ataupun sudah tak punya lagi hati untuk merasakan dan menjalankan apa yang menjadi kewajibannya. Entahlah, sekarang saya dan segelintir teman-teman saya hanya bisa melakukan apa saja yang saya dan teman-teman saya bisa lakukan. Semoga hasilnay maksimal....