Ada seseorang yang ingin aku ceritakan di sini. Dia adalah salah satu orang yang spesial yang pernah masuk dalam kehidupanku sejak beberapa tahun terkhir ini. Aku mengenalnya sejak tahun 2006, awalnya aku tak kan mengira aku bisa dekat dengannya. Tetapi seiring berjalannya waktu kami berdua seperti pasangan simbiosis mutualisme, saling membutuhkan satu sama lain. Baiklah, aku akan mulai menceritakannya sejak awal.
Pada tahun 2006 silam aku di kirim oleh bapak ke Jombang untuk melanjutkan sekolahku di MAN Tambakberas sambil mondok di sana. Dengan sangat terpaksa aku menuruti apa saja yang di perintah Bapakku. Kebetulan karena nilai ujianku MTs lumayan bagus maka aku di daftarkan di kelas unggulan dan Alhamdulillah aku lulus seleksi di kelas itu. Rasanya senang sekali aku bisa bisa di terima di kels yang menurutku luar biasa ini, bagaimana tidak? mulai dari fasilitas, tenaga pengajar sampai lama jam pelajaran di kelasku ini berbeda dengan kelas legurer. Tetapi terlepas dari itu, ada segumpal perasaan minder dan entah apa namanya, di minggu-minggu awal aku merasa sendiri, aku belum punya teman, memang sih... aku sudah mulai mengenal sebagian besar teman-teman sekelas tetapi rasanya tetap saja aku masih merasa sangat asing sekali bahkan diam-diam aku masih sering menangis sendiri tentu saja ketika tidak ada orang yang memperhatikanku. :)
Pada saat itulah aku mulai mengenal teman spesialku ini, sebut saja dia Si Eneng. Kesan pertamaku ketika pertama mengenalnya, dia adalah anak periang, cerewet dan gampang akrab dengan orang lain sangat berkebalikan sekali denganku yang membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat akrab dengan orang-orang sekitar. Beberapa bulan pertama aku di Pondok, aku masih belum terlalu akrab dengan Eneng dan aku jarang sekali berangkat dan pulang bareng walaupun kami satu pondok. Aku masih sering menyendiri di sekolah dan masih sering diam-diam menangis kalau sedang jam istirahat.
Ketika aku menginjak kelas XI, aku semakin akrab saja dengan dia. Saat jam istirahat kami selalu menghabiskan waktu bersama, entah dengan beli jajan bareng, makan bareng, atau main komputer bareng dan kami selalu pulang sekolah bareng. Kami sering belajar bareng di malam hari, tentu saja kalau jam kegiatan Pondok sudah uasai. Eneng sering mendatangi kamarku, kemudian kami belajar bersama di Mushola (kamarku sangat dekat dengan mushola) sampai larut sekali, kadang-kadang aku sampai ketiduran dan dengan teganya dia meninggalkanku sendiri.
Bahkan tak jarang kami melakukan kriminal-kriminal kecil yang menjadi larangan Pondok kami seperti diam-diam membawa makanan dari luar ke pondok dan memakannya di kamar Eneng, sering juga kami diam-diam pergi ke warnet, pernah juga kami melanggar batas diperbolehkannya keluar pondok tanpa izin Pengasuh.
Semakin lama aku dengan Eneng seperti duo sejoli, teman-teman satu kamarku menyebut kami berdua adalah soulmate, begitu juga dengan teman-teman satu kamar Eneng. Dan tentunya teman-taman kami satu kelas menganggap kami satu paket, dimana ada aku di situ ada Eneng, begitu juga sebalikknya. Bersama Eneng aku bisa sepuas-puasnya bercerita tentang masalahku, aku bisa curhat sepuas-puasnya begitu juga dengan dengan Eneng. Jika kami sudah bersama, ada saja yang kami bicarakan, kami tidak pernah kehabisan bahan obrolan dan itu sangat menyenangkan bagiku. Biasanya, Eneng senang curhat tentang laki-laki yang di sukainya yang kini telah menikah dengan wanita lain, biasanya dia bercerita tentang keluarganya, bahkan kami juga sering bercerita tentang ustadz-ustadz kami. Hm..... It's very interesting!
Jika di lihat, kami berdua bukanlah manusia kembar yang memiliki banyak kesamaan minim perbedaan. Justru kami berdua memiliki segudang perbedaan. OK, mulai dari fisik: Dia lebih cantik dari aku dan dia lebih gemuk. Dia pandai bergaul dan cepat akrab dengan orang lain, sedangkan aku cendrung menutup diri dan tidak mudah akrab dengan orang lain. Dia lebih aktif di organisasi pondok dan seantero pondokku pasti tahu siapa dia, sedangkan aku cendrung Study Oriented (SO), aku bahkan tidak pernah satu kalipun menjadi panitia di acara-acara yang di adakan pondok dan tentunya hanya segelintir orang saja yang kenal denganku.
Tak terasa, tiga tahun berlalu begitu cepat. Tahun 2009 kami terpaksa berpisah karena kami akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Aku di terima di salah satu Universitas Negri di Surabaya, sedangkan Eneng di terima di salah satu Universitas Negri di Malang. Sejak itu kami amat sangat jarang sekali bertemu, kami hanya bertemu di even-even tertentu saja. Terkadang aku sangat merindukannya, aku juga sering merindukan saat-saat kita bersama dulu.
Sungguh, salah satu hal terindah dalam hidupku adalah di saat aku mengenalku. Kau adalah sahabat, adik sekaligus kakak bagiku. Banyak sekali hal yang dapat ku peroleh darimu, banyak sekali hal aku pelajari bersamamu. Eneng, terimakasih banyak karena telah bersedia menjadi sahabat baikku....
Jika di lihat, kami berdua bukanlah manusia kembar yang memiliki banyak kesamaan minim perbedaan. Justru kami berdua memiliki segudang perbedaan. OK, mulai dari fisik: Dia lebih cantik dari aku dan dia lebih gemuk. Dia pandai bergaul dan cepat akrab dengan orang lain, sedangkan aku cendrung menutup diri dan tidak mudah akrab dengan orang lain. Dia lebih aktif di organisasi pondok dan seantero pondokku pasti tahu siapa dia, sedangkan aku cendrung Study Oriented (SO), aku bahkan tidak pernah satu kalipun menjadi panitia di acara-acara yang di adakan pondok dan tentunya hanya segelintir orang saja yang kenal denganku.
Tak terasa, tiga tahun berlalu begitu cepat. Tahun 2009 kami terpaksa berpisah karena kami akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Aku di terima di salah satu Universitas Negri di Surabaya, sedangkan Eneng di terima di salah satu Universitas Negri di Malang. Sejak itu kami amat sangat jarang sekali bertemu, kami hanya bertemu di even-even tertentu saja. Terkadang aku sangat merindukannya, aku juga sering merindukan saat-saat kita bersama dulu.